LIVE TV
Fatayat NU dan GP Ansor Buka Bersama dan Berbagi Takjil di Kota Kuala Tungkal Kapolres Tanjab Barat Buka Puasa Bersama Panti Asuhan dan Purnawirawan Polres Tanjab Barat Gencar Razia Petasan Selama Bulan Suci Ramadhan Harga Beras Normal dan Ketersediaan Stok Beras Mencukupi di Kab. Tanjab Barat Ribuan Masyarakat Tebing Tinggi Hadiri Kampanye Caleg DPRD Tanjab Barat NOVA ANGGUN SARI, SH, M.Kn

Home / Pendidikan

Selasa, 9 Agustus 2022 - 11:28 WIB

Fenomena Begal Payudara: Butuh Solusi Sistemik, Elvita Trisnawati

LIPUTANTANJAB.COM – Dalam sebulan terakhir, masyarakat Kuala Tungkal dirundung keresahan. Selama bulan Juli 2022, terdapat lebih dari 10 aduan terkait kasus begal payudara. Bahkan tidak hanya satu, berbagai cerita dari anonim lainnya juga menyatakan mengalami kejadian serupa bertahun-tahun yang lalu. Akan tetapi, mereka merahasiakan kejadian tersebut erat-erat. Tidak pernah bercerita kepada keluarga dan orang terdekat, apalagi melaporkan ke kepolisian.

Meski menyimpannya sendiri dalam-dalam, setiap detail kejadian masih teringat oleh korban. Bahkan rasa jijik atas kejadian itu masih bersemayam kekal meski telah menahun berlalu. Dari penelusuran media, tidak hanya di Kuala Tungkal, bahkan fenomena ini terjadi di berbagai kota lain seperti Tuban, Denpasar, Pekalongan, Madiun, Bogor, Bintaro, Sumenep, Bekasi, dan mungkin masih banyak lagi.

Bayangkan jika setiap minggu, pelaku melakukan pelecehan kepada 2-3 korban. Maka dalam setahun terdapat 156 korban. Jika hal ini sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, maka kemungkinan jumlah korban perempuan dengan penderitaan atas kejadian traumatik itu bisa lebih banyak.

Cerita tersebut menjadi pertanda. Bahwa, begal payudara adalah fenomena gunung es, yang telah terekskalasi tahunan yang lalu bahkan terjadi di berbagai daerah. Mengingat, menjadi korban kasus pelecehan seksual dilabel sebagai aib yang memalukan dan kehinaan, muskil bagi korban untuk mudah terbuka berbagi cerita, apalagi melaporkan ke pihak berwajib.

Jumlah korban bisa terus bertambah jika pelaku tidak ditangkap, diadili, dan tidak ada solusi sistemik yang membidik akar permasalahan. Apa yang menyebabkan terjadinya begal payudara (atau pada umumnya kekerasan seksual)? Apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku pelecehan seksual? Supaya kita bisa melakukan upaya pencegahan agar tidak ‘menciptakan’ pelaku di masa mendatang.

Baca Juga  Harapan Besar Kepada Putra Ke II Dari Pasangan Bupati Tanjab Barat yang Menjalani Wisuda S1

Bagaimana dampak kejadian begal payudara terhadap korban? Bagaimana agar korban bisa dipulihkan dari kejadian traumatik tersebut? Supaya setiap orang tidak meremehkan pengalaman korban dan korban dapat pulih dari muram derita  dan melanjutkan kehidupan.

Apa yang membuat korban enggan terbuka bercerita atau melaporkan ke pihak berwajib? Bagaimana kita bisa membangun sistem tanggap darurat yang responsif terhadap kasus demikian? Supaya kita bisa menggagas perbaikan sistem yang tepat.

Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari sistem yang memainkan peran untuk mencegah begal payudara dan segala bentuk kekerasan seksual tidak terjadi lagi?

Kita membutuhkan perluasan pengetahuan dan solusi yang sistemik, yang benar-benar menjawab akar fenomena begal payudara.  Meski sesungguhnya begal payudara hanya satu fenomena kekerasan seksual yang muncul, yang harusnya menjadi pemicu diskusi dan refleksi, bagaimana situasi kekerasan seksual lainnya yang terjadi di daerah kita.

Maraknya begal payudara terjadi karena cara pikir patriarkis yang memandang bahwa laki-laki merupakan dominan dan berkuasa atas perempuan sehingga lumrah untuk laki-laki melecehkan perempuan. Cara pikir itu mengakar dan terinternalisasi di masyarakat. Ketika terjadi begal payudara, perempuan yang cenderung disalahkan: karena keluar sendirian, berpakaian terbuka, atau keluar di malam hari. Yang pada kenyataannya tidak mutlak demikian, korban berpakaian muslimah, kejadian di siang hari, bahkan saat korban ditemani dengan teman perempuan lainnya.

Kesalahan lain yang dilemparkan kepada perempuan adalah karena tidak waspada. Cara pandang yang berorientasi bahwa perempuan harus waspada dan sebaiknya tidak keluar rumah merebut ruang publik aman untuk perempuan mengaktualisasikan diri. Berkendara motor, sekolah, les, bekerja, berbisnis, jogging, atau bahkan sekedar jalan kaki ke warung menjadi tidak aman.

Baca Juga  Bupati Anwar Sadat Laksanakan Safari Subuh di Masjid Syahadatul Mukarramah Kelurahan Kampung Nelayan Tanjab Barat

Ketika kasus terjadi, segala fokus kesalahan dikomentari korban. Sampai-sampai kita melupakan letak kesalahan sesungguhnya yang ada pada pelaku. Jangan melecehkan perempuan!  Lebih parahnya, terdapat anggapan bahwa begal payudara tidak perlu dipermasalahkan, “ya sudahlah!”.

Sangat disayangkan jika fenomena ini dianggap sepele. Begal payudara dan atensi yang menyepelekan fenomena ini sesungguhnya menunjukan keadaan masyarakat kita yang menanggap bahwa perempuan ‘layak’ untuk dilecehkan. Sehingga tidak perlu gusar dan bersibuk diri untuk mengupayakan penangkapan pelaku, memberikan pertolongan, maupun mengupayakan solusi sistemik lainnya.

Oleh sebab itu tidak berlebihan jika dengan banyaknya aduan begal payudara kita katakan bahwa situasi Darurat Begal Payudara dan dibutuhkan solusi yang sistemik. Dimulai dari mendobrak cara pikir menganggap sepele begal payudara (maupun bentuk kekerasan seksual lainnya) sebagai hal yang “cuma gitu” dan “ya sudahlah”. Bahwa begal payudara merupakan tindakan biadab yang mencederai harkat dan martabat perempuan sebagai manusia. Pun kekerasan seksual lainnya, bertentangan dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Dan tidak satu pun manusia berhak dilecehkan. Mendobrak cara pikir dilakukan melalui pendidikan, baik melalui insitusi formal seperti sekolah maupun non-formal seperti di keluarga, organisasi, dan lingkungan sosial, bahkan institusi keagamaan seperti pengajian.

Share :

Baca Juga

Pendidikan

Salah Satu Siswa SMPN 2 Kuala Tungkal Lolos Peserta Kompetisi Sains Nasional

Pendidikan

Era Digitalisasi, Lurah Kenali Besar Mansur Akan Mempermudah Melayani Masyarakat

Industri

Ini Cara Mencairkan Daging Beku yang Benar

Pendidikan

Lihat Penjelasan Visi Misi Salah Satu Calon Presma dan Wapresma Kampus Stai An Nadwah Kuala Tungkal

Pendidikan

Mengenal Satrya, Travel Content Creator Asal Aceh

Pendidikan

Pihak Kampus Stai An Nadwah Kuala Tungkal Terima Petisi Penolakan SK Dirjen Tahun 2016 Dianggap Menciderai Demokrasi Kampus.

Pendidikan

Wabup Tanjab Barat Ikuti Acara Pembukaan Pelatihan Berbasis Digital Program Pintar 2021/2022

Pendidikan

HMPS- Ekonomi Syariah (IMES) Buka Ruang Untuk Kaum Muda Belajar Berwirausaha
error: Maaf Jangan Biasakan Copas Berita !!